• Gunung Kumbang

    Gunung Kumbang menjadi background Desa Ciseureuh dan tepat di kaki gunung Kumbang terdapat pedukuhan Jalawastu yang dijuluki KAMPUNG BUDAYA, dimana ada sebuah upacara adat Ngasa yang digelar setiap Selasa Kliwon mangsa kasanga setiap tahunnya

    Read More
  • Cipanas/Jalatunda

    Terdapat Mata air panas atau sumber air panas dan bebatuan besar yang indah. Sebagian orang mempercayai tempat ini merupakan Sakakala Silih Wangi

    Read More
  • Ciseureuh

    Desa Ciseureuh merupakan salah satu desa yang agak unik yang berada di kabupaten Brebes, walaupun kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bukan berarti bahasa yang dipakai masyarakat desa Ciseureuh adalah bahasa Jawa melainkan adalah bahasa sunda

    Read More
  • Bendungan Irigasi Ciseureuh

    Bendungan irigasi yang sangat berperan dalam pertanian, walaupun saat ini pada musim hujan terkadang aliran airnya sangat deras tetapi saat kemarau bisa cukup kering, dikarenakan hutan dibagian hulu sungai sudah mulai gundul karena penjarahan.

    Read More

Bacis Baju & Jacket



Ciseureuh






Ciseureuh adalah desa di kecamatan Ketanggungan kabupaten Brebes Jawa Tengah Indonesia. Desa Ciseureuh merupakan salah satu desa yang agak unik yang berada di kabupaten Brebes, walaupun kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bukan berarti bahasa yang dipakai masyarakat desa Ciseureuh adalah bahasa Jawa melainkan adalah bahasa sunda seperti mayoritas masyarakat sunda di Jawa Barat.

Jalatunda Sakakala Silih Wangi

Jalatunda di Brebes


Jalatunda berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Mulut air. Keterangan tentang Jalaunda Sakakala Silih Wangi hanya bisa kita dapatkan dalam catatan perjalanan Bujangga Manik seorang Bangsawan Kerajaan Pajajaran yang memilih menjadi Bramesta agama Sunda. Dia melakukan perjalan dari kota Pakuan menuju ke Nusa Bali. Perjalanan pertama hanya sampai ke Pemalang dan beliau kembali lagi ke Pakuan. Dalam perjalanan yang kedua Beliau akhirnya sampai ke Nusa Bali. 


 Dalam perjalanannya Bujangga Manik selalu mencatat tempat-tempat yang disinggahinya secara detail, baik nama tempat dan gunung. Salah satunya adalah Jalatunda di Tungtung Sunda seperti dalam kisahnya "Sadatang ka tungtung Sunda, Nepi ka Arega Jati, sacunduk ka Jalatunda sakakala Silih Wangi".

Selama ini yang baru menelusuri tapak jejak Bujangga Manik adalah J.Noorduyn seorang Arkeolog Belanda. Beliau mencoba memetakan catatan Bujangga Manik dalam peta yang sekarang. Mengenai Arega Jati dan Jalatunda Noorduyn hanya berkata "Both Unidentified " tidak teridentifikasi mungkin sudah hilang. Memang tidak begitu jelas juga apakah Noorduyn menelusuri tapak jejak Bujangga Manik hanya lewat peta atau memang dia datang langsung ke pulau Jawa.

Pada tahun 2008 , penulis coba menelusuri jejak Bujangga Manik di Brebes hanya berdasarkan keterangan seorang penunjuk jalan yang katanya pernah sampai ke Jalatunda. waktu itu kami berangkat hampir 10 orang , setelah menyusuri daerah Brebes dan tanya kesana sini akhirnya kami hanya bisa menemukan Desa Ciseureuh dengan sumber air panasnya. Kebetulan penunjuk jalan kami bukanlah orang desa tersebut. Dari Ciseureuh perjalanan kami lanjutkan ke Kampung Selagading lebih kurang 4 km keatas dari desa Ciseureuh. Di Selagading kami bertemu dengan kuncen kampung tersebut yang mengatakan bahwa Jalatunda yang kami cari ada dekat kampung, tapi nanti saja kalau kesini lagi saya akan ceritakan.

Bulan September 2012 , kami dari Kampung Budaya Sindangbarang melakukan pencarian lagi dimana letaknya Jalatunda di Brebes. Kali ini perjalanan kami langsung menuju ke Kampung Selagading. Setibanya disana kami bertemu dengan Kuncen Kampung tersebut. Setelah menginap dan bercerita didapat keterangan bahwa Jalatunda yang kami cari adalah Sumber Air Panas yang kami datangi 4 tahun yang lalu. Bergegas kami mendatangi sumber air panas tersebut, dan disana memang terdapat sumber air panas di pinggir sungai. Untuk meyakinkan kami , lalu kami bertanya kepada orang-orang di sekitar benarkah ini Jalatunda. Ternyata memang masyarakat desa Ciseureuh dan sekitarnya masih mengenal tempat ini dengan nama Jalatunda. 

Kami amati ternyata diatasnya Jalatunda terdapat punden besar 9 teras dengan sebuah kuburan kuno di kaki punden hampir sejajar dengan Jalatunda. Berikut ini kami tampilkan foto2nya


Punden di Jalatunda Brebes


Sisa Teras Punden Berundak


Kolam Jalatunda


Kuburan kuno di kaki Punden Berundak



Kebun Teh Kaligua Brebes

kaligua1.jpg


Bagi anda orang Jawa Tengah atau orang yang suka dengan kegiatan mendaki gunung, tentunya sudah tak asing lagi jika mendengar nama Gunung Slamet (3432 mdpl), gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah. Dari puncak gunung ini, kita bisa menikmati keindahan matahari terbit beserta kumpulan awan yang menggulung di bawah kita, seperti di negeri dongeng.


Ternyata keindahan Gunung Slamet tak hanya bisa kita nikmati di puncaknya saja, kakinya pun kita bisa menikmati keindahan alamnya dan menambah pengetahuan tentang dunia teh. Salah satunya yaitu adalah kebun teh Kaligua yang terletak pada ketinggian (1200 – 2050 mdpl).

Perkebunan teh Kaligua ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1889 yang difungsikan sebagai tempat pengolahan teh hitam. Saat ini, perkebunan teh Kaligua yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX (persero) Jawa Tengah di fungsikan juga sebagai tempat wisata untuk mengoptimalisasikan aset perusahaan dengan memanfaatkan keindahan alam yang tersaji disana. Kebun Teh Kaligua terletak di Desa Pandan Sari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes Jawa Tengah.


Wisata Agro Kaligua dapat di capai dengan mudah, letaknya sekitar 10 km dari kota Paguyangan dan 15 km dari Bumiayu. Untuk sampai di lokasi, kita bisa menggunakan jalur utara yaitu lewat Brebes atau Tegal – bumiayu – Kaligua, atau Cirebon – Bumiayu – Kaligua, dan melalui jalur selatan lewat Purwokerto – Paguyangan – Kaligua. Setelah melewati pertigaan Kaligua, Kretek, kita akan dihadapkan dengan jalan yang berliku, naik dan turun, ciri khas jalur pegunungan, tentunya dengan pemandangan hijau yang sedap dipandang mata.

Sebelum sampai di Kebun Teh Kaligua, saya sangat menyarankan untuk sejenak berhenti di salah satu kawasan cagar alam yang dilindungi, untuk menikmati pesona Telaga Ranjeng. Telaga ini berbentuk memanjang yang diapit oleh bukit-bukit yang menjulang indah serta perkebunan milik penduduk. Di telaga ini, kita dapat menemukan ribuan ikan lele yang bergerombol, bahkan kita dapat dengan mudah menangkapnya. Akan tetapi, saya sarankan kepada anda untuk tidak menangkap lele dan membawanya pulang. Penduduk sekitar percaya dengan mitos bahwa orang yang mengambil dan memakan ikan lele dari Telaga Ranjeng akan terkena musibah. Itulah mungkin yang menyebabkan jumlah ikan lele disini sangat banyak.


Puas menikmati Telaga Ranjeng, sekarang lanjut ke kebun teh kaligua, jaraknya cuma 3 km. Sampai di pintu masuk, kita letakkan kendaraan di tempat parkir yang sudah di sediakan. Selanjutnya bisa langsung jalan-jalan, atau santai-santai dulu di café yang ada di sana, makan, mengisi kembali tenaga, baru deh mengelilingi kebun teh Kaligua.


Udara di Kaligua cukup dingin, sekitar 8 – 24 oC pada musim hujan, dan pada musim kemarau suhunya bisa mencapai 4 – 12 oC. Disini kita dapat melihat puncak gunung Slamet yang kokoh, tegak menjulang. Kabut datang dan pergi membawa udara sejuk dan dingin di tempat ini. Hamparan daun-daun teh yang hijau terlihat indah, cukuplah sebagai obat penat dalam pikiran yang terus menekan keseharian kita.

Bagi kalian yang suka dengan kegiatan mendaki, kalian juga bisa berjalan ke puncak tertinggi yang ada di kebun teh Kaligua, yaitu puncak Sakub yang terletak pada ketinggian 2060 mdpl. Puncak Sakub, dapat juga dicapai menggunakan mobil off-road. Di puncak Sakub, kita bisa menikmati hamparan kebun teh dan jajaran rumah penduduk yang membentuk kombinasi indah yang menyatu dalam harmoni kehidupan.


Mengunjungi Wisata Agro Kaligua, belum lengkap jika kita melewatkan satu wisata sejarah yang ada disana, yaitu Gua Jepang. Gua ini di bangun pada masa penjajahan Jepang yakni tahun 1941 sampai 1942. Jepang memaksa masyarakat sekitar untuk membangun gua tersebut yang digunakan untuk berlindung oleh tentara Jepang dari serangan musuh. Gua ini juga digunakan Jepang untuk menyimpan cadangan makanan yang dibeli dari petani untuk berjaga-jaga ketika musuh datang menyerang. Wisatawan diharuskan mengajak seorang pemandu ketika ingin menelusuri Gua Jepang yang memiliki panjang sekitar 800 meter.

Selain gua Jepang, ada beberapa pilihan wisata menarik lainnya di sekitar Kaligua seperti Tuk Benih, Gua Angin dan makam pendiri kebun Van De Jong.


Bagi anda yang ingin menginap, anda bisa menempati vila penduduk yang disewakan. Pihak pengelola juga menyediakan homestay untuk menjamu para wisatawan. Fasilitas yang ditawarkan antara lain adalah penginapan, wisma flamboyant (6 kamar), wisma dahlia (3 kamar), wisma kenanga (2 kamar), wisma anggrek (2 kamar), gedung pertemuan, camping ground, outbound area, gazebo, lapangan sepakbola, lapangan tenis, lapangan voli, café, hiburan musik organ tunggal, pusat layanan kesehatan dan tempat ibadah.

Menarik sekali bukan, kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga, teman sekolah, teman kantor atau bahkan mengadakan pertemuan bisnis disini.